Senin, 15 Oktober 2012

أقسام القراءات وأمثالها

تنقسم القراءات من حيث السند والنقل الى ثلاثة أقسام القسم الأول المتواتر 

Minggu, 14 Oktober 2012

Studi Kitab Shahih al-Bukhary

Kitab Shahih al-Bukhary dikarang oleh Abu Abd Allah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhary. Ia dilahirkan pada hari jum'at 13 Syawal 194 H di Bukhara dan meninggal pada tanggal 30 Ramadhan tahun 256 H. pada usia 62 tahun.

Kitab Tajrid Asma' al-Shahabah

Kitab ini dikarang oleh al-Hafidz Syams al-Din Abu Abd Allah Muhammad Ibn Usman Ibn Qoimaz al-Dzahabi. beliau lahir pada tahun 673 H, wafat pada tahun 748 H.
Kitab ini termasuk kategori kitab Ilmu Rijal al-Hadis, kitab ini membahas tarikh sahabat berdasarkan alphabet.

ظهور فكرة تحديد القراءات وبداية تسبيح القراءات

لقد كان لكثرة الرواة الذين رووا عن اللإمام العشرة أثر واضخ في أثر القراءات والروايات التي بدأ الناس يتناقلونها ونشرونها في سائر الأمصار وكلما تأخر الزمان قل الضبط خاصة بعد القرون الثلاثة التي شهد لها الرسول ص بالخيرية ومن هنا بدأ بعض العلماء الغيورين على كتاب الله يفكرون في وضع ضوابط دقيقة يحكم بها على القراءة المقبولة وغير المقبولة
فألف الإمام أحمد ابن جبير المتوفى 258 ه كتابا في القراءات سماه كتاب الخمسة جمع فيه خمسة من القراء من كل مصر واحد وألف أيضا إسماعيل ابن إسحاق المالكي والإمام أبو جعفر ابن جرير الطبري
وهكذا تتابع العلماء في تدوين القراءات بأعداد معددة حسب اجتهاد كل واحد منهم في الأعداد الذين تحققت فيهم كثرة الضبط وصحة الأسانيد إلى أن جاء الإمام ابن محاهد فحصرها في سبعة

Ahl al-Kitab

Ali Imron, ayat 110:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya Ahl al-Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq.
Ali Imron, ayat 113-114:
"Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. di antara Ahl al-Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat).
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) kebajikan. mereka termasuk orang-orang yang shaleh."
Ali Imron, ayat 199:
"Dan sesungguhnya di antara Ahl al-Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada yang diturunkan kepada kamu, dan dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. mereka memperoleh pahala si sisi Tuhannya. sungguh, Alah sangat cepat perhitungan-Nya."
Al Maidah, ayat 82-83:
"Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani". yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri.
Dan apabila mereka mendengarkan apa (al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri), seraya berkata, "Ya Tuhan, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang bersaksi (atas kebenaran al-Qur'an dan kebenaran Muhammad).

Kitab al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah

Kitab ini dikarang oleh Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ali al-Asqolany, beliau dikenal dengan Ibn Hajar, lahir pada tahun 773 H, wafat pada tahun 852 H.

Ilmu Nasikh dan Mansukh dalam Hadis

Naskh adalah mengganti hukum yang lama dengan hukum yang baru. adapun jenis-jenisnya adalah:

  1. ada penjelasan langsung dari Nabi Muhammad saw.
contoh: كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها
2. ada penjelasan dari sahabat
contoh: كان أخر الأمرين من رسول الله ص ترك الوضوء مما مست النار
3. diketahui dengan tarikh al-Mutun
contoh: hadis yang diriwayatkan oleh Syidad ibn Aus
أفطر الحاجم والمحجوم رواه أبو داود والنسائي
hadis ini diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. pada waktu fath al-Makkah (8 H)
kemudian ada hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas:
أن النبي ص إحتجم وهو محرم صائم أخرجه مسلم
hadis ini diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. pada waktu Haji Wada' (10 H). maka jelaslah hadis yang diucapkan belakangan itu menaskh hadis yang sebelumnya.
4. diketahui dengan dalalah al-Ijma'
contoh: hadis yang diriwayatkan Muawiyah
من شرب الخمر فاجلدوه فإن عاد في الرابعة فاقتلوه
hadis ini disepakati oleh Ulama dinasakh, yang benar menurut Ijma' Ulama adalah bahwa meminum khamr empat kali itu tidak dibunuh.

علاقة القراءات بالأحرف السبعة

إذا كان المراد بالقراءات جميع ما نزل على رسول الله ص سواء الذي نسخ والذي لم ينسخ وما روي متواترا أو أحادا فالأحرف السبعة هي القراءات ولا فرق فيصح أن نقول الأحرف السبعة هي القراءات
أما إذا أردنا القراءات المتواترة التي تحققت فيها الشروط الثلاثة وهي التواتر وموافقة أحد المصاحف العثمانية ووجه من وجوه اللغة العربية فليست الأحرف السبعة هي القراءات ومن المتفق عليه أن الأحرف السبعة ليست هي القراءات السبع التي نقلها الأئمة السبعة المعروفون لأن القراءات المتواترة تشمل قراءات الأئمة الثلاثة المكملين للعشرة

Studi Kitab Sunan al-Darimy

Kitab ini dikarang oleh 'Abd al-Rahman ibn Abd al-Rahman ibn al-Fadl ibn Bahram ibn Abd al-Shamad al-Tamimy al-Darimy al-Samarqandy. Ia dilahirkan di kota Samarqand pada tahun 181 H.

Manuskrip Al Qur'an


Mushaf yang ada di tangan kita sekarang ini ternyata telah melalui perjalanan yang panjang selama kurang lebih 1400 tahun yang silam dan mempunyai sejarah yang menarik untuk diketahui. Berawal dari sejarah penjagaannya di masa Nabi Muhammad saw. yang ditempuh dengan dua cara: Pertama, dengan hafalan. Kedua ditulis oleh sahabat pada lempengan batu, tulang binatang, kulit binatang dan pelepah korma.
            Setelah Nabi Muhammad saw. wafat tampuk kepemimpinan kaum muslimin dipegang oleh Abu Bakar, atas usulan Umar, Abu Bakar mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an pada satu mushaf yang diamanahkan kepada Zaid ibn Tsabit. Seiring berjalannya waktu Islam berkembang pesat yang kekuasaannya sangat luas, pengikutnya berjumlah sangat banyak, baik itu dari arab atau non-arab. Atas usul Hudzaifah Mushaf yang di kumpulkan Abu Bakar oleh Utsman diperbanyak menjadi 6 Mushaf yang dibagikan pada kota-kota besar Islam.
            Selanjutnya, masa Daulah Bani Umayyah dapat dikatakan masa keemasan Islam, karena pada masa ini perhatian pada keilmuan sangat diperhatikan. Terkhusus bidang al-Qur’an, Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi gubernur masa Daulah Bani Umayyah memerintahkan Nashr ibn ‘Ashim (W. 89 H) membuat tanda titik untuk membedakan huruf-huruf yang mempunyai karakter yang sama (Nuqat al-Harf).
            Sedangkan bentuk manuskrip daulah bani umayyah:
1.      Tulisan Hijaz
Tulisan Hijazi/Khath Hijazi adalah tulisan arab awal yang dikembangkan di hijaz, yang disebut hijaz adalah daerah yang meliputi makkah dan madinah. Jenis tulisan ini sudah ada sebelum Islam datang, begitu juga tulisan Mashq dan Kufi. Ciri dari tulisan ini, tulisan ini cenderung miring ke kanan dan tidak mengandung titik dan tanda diakritik.
2.      Tulisan Kufi
Status keberadaan tulisan kufi ini diperdebatkan, yaitu pertama, ada yang mengatakan bahwa tulisan Kufi merupakan kaligrafi arab tertua dan sumber kaligrafi arab, dinamakan kufi karena berasal dari kufah kemudian menyebar ke seluruh dunia. Kedua, tulisan kufi itu sudah dikenal di Mesopotamia 100 tahun sebelum kufah, jadi adanya penisbatan kepada kufah hanya karena resminya pada saat di kufah.

Mushaf Ali Ibn Abi Thalib


Ali adalah Ali ibn Abi Thalib, putra paman Rasulullah saw., salah satu sahabat yang lebih dahulu masuk Islam pada saat muda belia, beliau menemani Rasulullah saw. dalam banyak kejadian dan peperangan, dan juga menjadi salah satu orang yang mengumpulkan al-Qur’an pada masa Nabi saw. (baca: penulis wahyu).
            Ali ibn Abi Thalib adalah salah satu penggagas dikumpulkannya mushaf al-Qur’an (baca: mushaf al-Imam), diriwayatkan dari ibn Abi Dawud, beliau berkata: “ketika Utsman membakar semua mushaf, Ali berkomentar: jika Utsman tidak melakukannya (membakar semua mushaf), maka aku akan melakukannya”. Diantara tujuh ahli qira’ah, ada empat dari mereka yang menyandarkan qira’ahnya pada Ali ibn Abi Thalib:
1.      Abu ‘Amr ibn al-‘Ala dari Nashr ibn ‘Ashim dan Yahya ibn Ya’mar keduanya membaca kepada Abu al-Aswad al-Du’ali, beliau membaca kepada Amir al-Mukminin Ali ibn Abi Thalib.
2.      ‘Ashim ibn Abi Nujud dari Abi ‘Abd al-Rahman al-Sulami, beliau membaca secara langsung kepada Ali, sedangkan qira’ah yang tersebar di negeri timur adalah qira’ahnya ‘Ashim dari Hafsh ibn Sulaiman ibn al-Mughirah.
3.      Hamzah al-Zayyat dari Ja’far al-Shadiq, beliau membaca kepada Muhammad al-Baqir, beliau membaca kepada Ali Zain al-‘Abidin, beliau membaca kepada Husain ibn Ali ibn abi Thalib yang membaca kepada ayahnya, yakni Ali ibn Abi Thalib.
4.      Al-Kisa’I, beliau membaca kepada Hamzah al-Zayyat dengan sanad seperti yang di atas.
Imam Ali ibn Abi Thalib sangat menjaga otentisitas teks al-Qur’an yang ada di rasm utsmani, berdasarkan riwayat dari Ibn Khalwaih, yaitu ketika Imam Ali membaca ayat: وطلع منضود di mana di dalam rasm utsmani tertulis: وطلح منضود. Kemudian beliau diprotes oleh jama’ahnya: mengapa engkau merubah yang ada di mushaf?, Imam Ali menjawab: tidak seyogyanya yang ada di al-Qur’an itu dirubah.
Bagaimana mungkin Imam Ali yang dikenal kealimannya itu tetap memegang rasm utsmani, tidak merubahnya sedikitpun, bahkan permasalahan sekecil ‘ain yang dirubah dengan ha’ atau sebaliknya. Ini adalah sunnah yang baik yang dicontohkan oleh pendahulu Islam. Di dalam hadits: “siapa yang membuat sunnah yang baik sehingga orang yang setelahnya mengikutinya maka pahala orang tersebut dikirimkan ke pembuat sunnah.”
Baru-baru ini diceritakan ada mushaf yang disandarkan pada Ali, sebagaimana sampai kepada Kami (pengarang Tarikh al-Qur’an) akan adanya mushaf Ibn Mas’ud dan Ubay, mungkin saja permasalahan ini adalah termasuk masalah politik dan sejarah. Pada akhirnya ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang merancukan masalah ini. Oleh karena itu, Kami kira sangat urgen di sini untuk dijelaskan masalah mushaf Ali tersebut dari pandangan orang Syi’ah.
Di dalam Kitab-kitab orang Syi’ah itu diragukan tiga lafadz (nama kitab), dari apa? Ada di mana? Bersama siapa?, persoalan ini akan dijelaskan di bawah ini.
Orang-orang Syi’ah mempunyai Shahifah yang dinamakan dengan al-Jami’ah, diriwayatkan dalam kitab al-Kafi, dari Abi Bashir dari Ja’far al-Shadiq dalam hadis yang panjang, Abi bashir berkata: Ja’far bertanya padaku: Hai ayahnya Muhammad, kita punya al-Jami’ah, tahukah anda apa itu al-Jami’ah? Abi Bashir menjawab: ya begitulah, apa al-Jami’ah? Ja’far menjawab: Shahifah yang panjangnya 70 hasta (hastanya Nabi saw.), di dalamnya mencakup sesuatu yang menakjubkan, tulisannya Ali dengan tangan kanannya sendiri, di dalamnya termaktub halal-haram dan sesuatu yang dibutuhkan manusia termasuk di dalamnya diyat (denda) dari mencakar (pertengkaran).
Di dalam al-Kafi juga terdapat riwayat dari Abi ‘Ubaidah, beliau berkata: Abu Abdillah ditanya tentang al-Jufr, Abu Abdillah menjawab: ia adalah kulit yang kaya akan ilmu. Beliau ditanya lagi, apa itu al-Jami’ah? Beliau menjawab: ia adalah shahifah yang panjangnya 70 hasta, di dalamnya terdapat sesuatu yang dibutuhkan manusia, sampai hokum denda dari mencakar (pertengkaran.)
Jadi, ada dua buah kitabnya Syi’ah, yaitu al-Jami’ah dan al-Jufr, di sini (kitab ini) tidak akan didiskusikan keberadaan keduanya secara historis, karena keduanya adalah termasuk masalah ‘aqidah yang sulit dinalar.
Yang ketiga adalah mushaf Ali. Diriwayatkan dari Ibn Nadim, beliau berkata: pada zamanku, Aku melihat mushaf yang sudah hancur kertasnya pada Abu Ya’la Hamzah al-Hasani dengan tulisannya Ali ibn Abi Thalib, mushaf tersebut diwariskan oleh anak cucu Hasan.
Orang-orang Syi’ah meyakini bahwa Ali itu mempunyai al-Qur’an khusus yang dikumpulkan oleh sendiri setelah wafatnya Nabi saw., hanya saja al-Qur’an itu tidak diperlihatkan pada kaumnya, tetapi diwariskan pada anak cucunya.
Al-Qur’annya Ali itu berbeda dengan al-Qur’an yang ada sekarang ini, dari aspek penyusunannya, urutan surat dan ayatnya, bahkan kalimat-kalimatnya terdapat penambahan dan pengurangan. Susunan al-Qur’annya Ali berdasarkan turunnya ayat, mendahulukan ayat makkiyah ketimbang ayat madaniyyah, ayat yang mansukh ketimbang ayat nasikh.
Qira’ah Ali yang berdasarkan dialek:
اياك نعبد             = dengan fathahnya hamzah
نعبد                   = dengan mengisyba’kan dal, sehingga menimbulkan suara wawu
خطؤات الشيطان   = dengan hamzah dan didhommahkannya Tho’
فليصمه               = dengan kasrohnya lam
فنصف ما فرضتم  = dengan dhommahnya nun
ربيون                = dengan dhommahnya ro
قنوان-صنوان       = dengan dhommahnya qof dan dlodl
في مرية              = dengan dhommahnya mim
احد عشر             = dengan sukunnya ‘ain
تنكصون             = dengan dhommahnya kaf
لم يطمثهن            = dengan dhommahnya mim
وطلع منضود        = dengan ‘ain (tidak dengan ha’)
كذابا                   = dzal tidak bertasydid

Mushaf Abdullah Ibn Mas'ud


Al-Qur’an dikumpulkan berawal pada zaman Abu Bakar r.a. oleh Zaid ibn Tsabit, tetapi langkah ini ditentang oleh Ubai ibn Ka’ab, Abullah ibn Mas’ud dan  Salim Maula Abi Hudzaifah. Lalu Utsman r.a. kembali mengumpulkan mushaf atas usul Ali ibn Abi Thalib. Mushaf-mushaf Ubai ibn Ka’ab, Abdullah ibn Mas’ud kemudian dicucinya (dalam teks lain: “dibakar”)[1]
            Apakah mushaf seperti mushaf Abdullah ibn Mas’ud dicuci atau dibakar? Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya akan deskripsikan siapa Abdullah ibn Mas’ud ini, Abdullah ibn Mas’ud adalah Abdullah ibn Mas’ud ibn Ghafil ibn Habib al-Hudzaly ibn Syamkh ibn Far ibn Makhzum ibn Shahilah ibn Kahil ibn al-Harits ibn Tamim ibn Sa’ad ibn Hudzail ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar. Beliau adalah salah satu dari al-sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang pertama masuk islam), mengikuti perang badar, Hijrah dua kali (Habsyah dan Madinah), mengikuti perang yarmuk.[2] Beliau wafat pada tahun 32 atau 33 Hijriyyah di madinah.[3]
            Selanjutnya mengenai mushaf Abdullah ibn Mas’ud, pada zaman kekhalifahan Utsman terjadi penyeragaman qira’ah dalam satu mushaf yang kemudian digandakan menjadi bebarapa mushaf. Gagasan ini mendapat tanggapan yang bervariasi dari sahabat, ada yang menerima dan ada yang menolak. Bahkan, diceritakan ketika Hudzaifah mengatakan: “qira’ah Ummu ‘Abd dan qira’ah Abu Musa al-‘Asyari, demi Allah, jika qira’ah tersebut masih ada, akan saya laporkan kepada Amirul Mukminin (Utsman ibn ‘Affan) agar dijadikan satu qira’ah”, kemudian Abdullah ibn Mas’ud marah dan berkata kepada Hudzaifah dengan perkataan yang keras. Tetapi dikatakan pula bahwa Abdullah ibn Mas’ud kemudian rela dengan gagasan dengan penyeragaman qira’ah ini.[4]
            Abu Hayyan menggolongkan qira’ahnya Abdullah ibn Mas’ud ke dalam qira’ah yang sahahih (Mutawatir), tetapi jika qira’ahnya itu sesuai dengan qira’ah yang ada di mushaf al-Imam.


[1] Abdullah Al-Zanjani, Tarikh al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1993) hlm. 92
[2] Al-Dzahaby, Siyar A’lam al-Nubala’ dalam CD Rom al-Maktabah al-Syamilah Edisi 3.47
[3] Ruwwah al-Tahdzibin dalam CD Rom al-Maktabah al-Syamilah Edisi 3.47
[4] Al-Sijistany, Kitab al-Mashahif (Qatar: Kementrian Waqaf, 1995). Hlm. 202

KOPPI; Menumbuhkan Kreatifitas Menulis


Menulis adalah kegiatan yang menyenangkan, dengan menulis kita bisa mencurahkan apa yang ada di fikiran kita, tetapi jika seseorang yang masih pemula dan dia hanya mengandalkan diri sendiri, maka akan sulit bagi dia untuk mengembangkan dirinya.
KOPPI adalah Komunitas Penelitian dan Penulisan Ilmiah, komunitas ini berada di dalam organisasi CSS MoRa (organisasi yang dbiayai oleh Kemenag RI), komunitas dibangun atas dasar ghirahkepenulisan, anggotanya mencapai 20 orang lebih. mengutip perkataan Pramudya Ananta Noer "Menulislah, selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah". inilah yang menjadi inspirasi komunitas ini selalu berjalan.
KOPPI menerima anggota dari mana saja, mempunyai latar belakang apa saja, bersama untuk maju mengedepankan budaya menulis yang cerdas, kreatif dan berbobot. dengan hasil karya tulis yang bermutu akan lebih menyenangkan baik itu bagi penulis atau pembacanya.
Adapun di antara kegiatan KOPPI adalaha: (a). Meneliti karya ilmiah ilmuwan. (b). membuat antologi karya. (c). menulis isu-isu aktual yang dikirimkan ke media massa, lokal maupun interlokal. (d). menulis karya ilmiah yang dikirimkan ke jurnal. 
Foto Komunitas